Friday, November 25, 2011

Prediksi Awal Bulan Muharram 1433 Hijriyah InsyaAllah Jatuh pada Hari Ahad 27 Nopember 2011

Oleh : Mutoha Arkanuddin

Kalender Hijriyah 1432 akan segera berakhir. Berdasarakan Taqwim Standard Indonesia tangal 29 Zulhijjah 1432 H akan jatuh pada Jumat, 25 November 2011. Hari itulah saat pelaksanaan rukyatul hilal untuk menentukan awal Muharram 1433 H. Penentuan awal bulan Muharram sangat penting aretinya karena terkait dengan awal tahun baru 1433 H yang dikenal sebagai Tahun Baru Hijriyah. Di beberapa kalender umum dicantumkan bahwa 1 Muharram 1433 H jatuh pada Minggu, 27 November 2011. Sementara di Kalender yang diterbitkan Muhammadiyah Tahun Baru Hijriyah 1433 jatuh pada Sabtu, 26 November 2011. Seperti biasanya, perbedaan ini sangat terkait dengan posisi Bulan di akhir bulan sebelumnya serta perbedaan kriteria kalender yang digunakan.

Data astronomis untuk wilayah Yogyakarta, Matahari terbenam pada pukul 17:41 WIB pada azimuth 248° 57' di Selatan titik Barat. Tinggi Hilal (Bulan) saat Matahari terbenam 1°17' di atas horizon nyata dan di Selatan-Atas Matahari. Bulan terbenam pada 17:48 WIB pada azimuth 247°48'. Pada kondisi seperti ini mustahil hilal dapat dirukyat baik menggunakan mata telanjang maupun teleskop. RHI Yogyakarta tidak akan melakukan rukyatul hilal pada hari ijtimak, tapi pada hari berikutnya di Pantai Parangkusumo pada Sabtu, 26 November 2011 saat ketinggian hilal 15°05'.

Lokasi Rukyat : http://maps.google.com/maps?ll=-8.0216556,110.32307&z=17&t=h&hl=en


Ijtimak / Konjungsi / New Moon

Jumat, 25 November 2011 @ 13:12 WIB - 14:12 WITA - 15:12 WIT atau 06:12 UT

Visibilitas (kenampakan) Hilal pada hari terjadinya Ijtimak selepas Matahari terbenam di seluruh dunia khususnya kawasan Indonesia ditunjukkan pada gambar peta di bawah ini. Peta visibilitas mengacu pada Kriteria Odeh yang mengadopsi Limit Danjon sebesar 6° yaitu syarat sudut elongasi Hilal terhadap Matahari agar dapat terlihat. Kriteria tersebut dikemas dalam sebuah software Accurate Times yang menjadi acuan pembuatan peta visibilitas ini.

KETERANGAN :

  1. Sangat tidak mungkin daerah yang berada di bawah arsiran MERAH (E) dapat menyaksikan Hilal, sebab pada saat itu Bulan terbenam lebih dulu sebelum Matahari terbenam atau ijtimak lokal (topocentric conjunction) terjadi setelah Matahari terbenam.

  2. Daerah yang berada pada area BIRU TUA (D) (tak berarsiran) juga tidak memiliki peluang menyaksikan hilal sekalipun menggunakan alat bantu optik (binokuler/teropong), sebab kedudukan Hilal masih sangat rendah ( <6° ) dan terang cakram Bulan masih terlalu kecil sehingga cahaya Hilal tidak mungkin teramati.

  3. Hilal baru mungkin dapat teramati menggunakan alat bantu optik pada area di bawah arsiran BIRU MUDA (C). Pada area ini pun masih sangat sulit karena dibutuhkan kondisi langit yang sangat cerah terutama di langit Barat.

  4. Wilayah yang berada dalam arsiran UNGU (B) hanya dapat menyaksikan hilal menggunakan alat bantu optik sedangkan untuk melihat langsung dengan mata diperlukan kondisi cuaca yang sangat cerah dan ketelitian pengamatan.

  5. Hilal dengan mudah dapat disaksikan pada area di bawah arsiran HIJAU (A) baik menggunakan mata telanjang apalagi menggunakan peralatan optik dengan syarat kondisi udara dan cuaca cukup baik.

  6. Peta ini dibuat dan hanya berlaku untuk daerah 60° Lintang Utara sampai 60° Lintang Selatan.


Peta Ketinggian Hilal di Wilayah Indonesia

Tanggal Rukyatul Hilal :

Jumat, 25 November 2011 (Via Pemerintah RI / NU)

Sabtu, 26 November 2011 (Via Teori Visibilitas)

Diagram ketinggian di atas hanya berlaku untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.


Prediksi Awal Bulan Menurut Berbagai Kriteria

1. Menurut Kriteria Rukyat Hilal ( Teori Visibilitas Hilal )

Teori Visibilitas Hilal terbaru telah dibangun oleh para astronom dalam proyek pengamatan hilal global yang dikenal sebagai Islamic Crescent Observation Project (ICOP) berpusat di Yordania berdasar pada sekitar 700 lebih data observasi hilal yang dianggap valid. Teori ini menyatakan bahwa hilal hanya mungkin bisa dirukyat jika jarak sudut Bulan dan Matahari minimal 6,4° (sebelumnya 7°) yang dikenal sebagai "Limit Danjon". Kurva Visibilitas Hilal sebagai hasil perhitungan teori tersebut mengindikasikan bahwa untuk wilayah sekitar Katulistiwa (Indonesia) hilal baru mungkin dapat dirukyat menggunakan mata telanjang minimal pada ketinggian di atas 6°. Di bawah itu hingga ketinggian di atas 4° diperlukan alat bantu penglihatan seperti teleskop dan sejenisnya.

Melihat lokasi Indonesia menurut peta visibilitas di atas sesuai dengan teori visibilitas hilal maka seluruh wilayah Indonesia mustahil hilal dapat dirukyat pada hari pertama ijtimak sore setelah Matahari terbenam. Hilal baru mungkin bisa dirukyat pada H+1 saat ketinggiannya mencapai hampair 15° sehingga awal bulan akan jatuh pada:

Minggu, 27 November 2011

Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyat sebagai dasar penentuan awal bulan masih mengakui kesaksian rukyat asalkan ketinggiannya di atas batas imkanurrukyat 2° bahkan hanya dengan mata telanjang. Sementara dalam penyusunan kalendernya NU menggunakan kriteria imkanurrukyat 2° tanpa syarat elongasi dan umur Hilal.

2. Menurut Kriteria Hisab Imkanur Rukyat

Pemerintah RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) menetapkan kriteria yang disebut Imkanurrukyat yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan bulan pada Kalender Islam negara-negara tersebut yang menyatakan :

Hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut:

(1)· Ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan

(2). Jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3°. Atau

(3)· Ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam selepas konjungsi/ijtimak berlaku.

Kriteria inilah yang menjadi pedoman Pemerintah RI untuk menyusun kalender Taqwim Standard Indonesia yang digunakan dalam penentuan hari libur nasional secara resmi. Dengan kriteria ini pula keputusan Sidang Isbat Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah "bisa ditebak hasilnya". Ormas Persatuan Islam (Persis) belakangan telah mengadopsi kriteria ini sebagai dasar penetapan awal bulannya. Belakangan kriteria ini hanya dipakai oleh Indonesia dan Malaysia sementara Singapura menggunakan Hisab Wujudul Hilal dan Brunei Darussalam menggunakan Rukyatul Hilal berdasar Teori Visibilitas.

Menurut Peta Ketinggian Hilal tersebut, pada hari pertama ijtimak syarat Imkanurrukyat MABIMS belum terpenuhi sehingga awal bulan jatuh pada :

Minggu, 27 November 2011

3. Menurut Kriteria Hisab Wujudul Hilal

Muhammadiyah dalam penyusunan kalender Hijriyah baik untuk keperluan sosial maupun ibadahnya (Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah) menggunakan kriteria yang dinamakan "Hisab Hakiki Wujudul Hilal". Kriteria ini menyatakan bahwa awal bulan Hijriyah dimulai apabila telah terpenuhi tiga kriteria berikut:
1) telah terjadi ijtimak (konjungsi),
2) ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan
3) pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud). Ketiga kriteria ini penggunaannya adalah secara kumulatif, dalam arti ketiganya harus terpenuhi sekaligus. Apabila salah satu tidak terpenuhi, maka bulan baru belum mulai. Atau dalam bahasa sederhanya dapat diterjemahkan sebagai berikut:

"Jika setelah terjadi ijtimak, Bulan terbenam setelah terbenamnya Matahari maka malam itu ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah tanpa melihat berapapun sudut ketinggian Bulan saat Matahari terbenam".

Berdasarkan posisi hilal saat matahari terbenam di beberapa bagian wilayah Indonesia maka baru pada 28 Sepetember 2011 syarat wujudul hilal sudah terpenuhi. sehingga awal bulan ditetapkan jatuh pada :

Sabtu, 26 November 2011

4. Menurut Kriteria Kalender Hijriyah Global

Universal Hejri Calendar (UHC) merupakan Kalender Hijriyah Global usulan dari Komite Mawaqit dari Arab Union for Astronomy and Space Sciences (AUASS) berdasarkan hasil Konferensi Ke-2 Atronomi Islam di Amman Jordania pada tahun 2001. Kalender universal ini membagi wilayah dunia menjadi 2 region sehingga sering disebut Bizonal Hejri Calendar. Zona Timur meliputi 180° BT ~ 20° BB sedangkan Zona Barat meliputi 20° BB ~ Benua Amerika. Adapun kriteria yang digunakan tetap mengacu pada visibilitas hilal (Limit Danjon).

Pada hari pertama ijtimak zone Barat maupun zone Timur belum masuk dalam kriteria Limit Danjon. Dengan demikian awal bulan di masing-masing zona akan jatuh pada :

Zona Timur : Minggu, 27 November 2011

Zona Barat : Sabtu, 26 November 2011

5. Menurut Kriteria Rukyat Hilal Arab Saudi

Kurangnya pemahaman terhadap perkembangan dan modernisasi ilmu falak yang dimiliki oleh para perukyat sering menyebabkan terjadinya kesalahan identifikasi terhadap obyek yang disebut "Hilal" baik yang "sengaja salah" maupun yang tidak disengaja. Klaim terhadap kenampakan hilal oleh seeorang atau kelompok perukyat pada saat hilal masih berada di bawah "limit visibilitas" atau bahkan saat hilal sudah di bawah ufuk sering terjadi. Sudah bukan berita baru lagi bahwa Saudi kerap kali melakukan istbat terhadap laporan rukyat yang "kontroversi".

Kalender resmi Saudi yang dinamakan "Ummul Qura" yang telah berkali-kali mengganti kriterianya hanya diperuntukkan sebagai kalender untuk kepentingan non ibadah. Sementara untuk ibadah Saudi tetap menggunakan rukyat hilal sebagai dasar penetapannya. Sayangnya penetapan ini sering hanya berdasarkan pada laporan rukyat dari seseorang tanpa terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan konfirmasi terhadap kebenaran laporan tersebut apakah sudah sesuai dengan kaidah-kaidah sains astronomi khususnya Teori Visibilitas Hilal.

Diagram ketinggian Hilal di Mekkah pada hari pertama ijtimak.

Menurut Kalender Ummul Qura' Saudi :

Kalender ini digunakan Saudi bagi kepentingan publik non-ibadah. Kriteria yang digunakan adalah "Telah terjadi ijtimak dan bulan terbenam setelah matahari terbenam di Makkah" maka sore itu dinyatakan sebagai awal bulan baru. Pada hari pertama ijtimak/konjungsi kondisinya sudah memenuhi syarat. Dengan demikian awal bulan akan jatuh pada : Sabtu, 26 November 2011

Menurut Kriteria Rukyatul Hilal Saudi :

Rukyatul hilal digunakan Saudi khusus untuk penentuan bulan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah. Kaidahnya sederhana "Jika ada laporan rukyat dari seorang atau lebih pengamat/saksi yang dianggap jujur dan bersedia disumpah maka sudah cukup sebagai dasar untuk menentukan awal bulan tanpa perlu perlu dilakukan uji sains terhadap kebenaran laporan tersebut".

6. Kriteria Awal Bulan Negara-negara Lain

Seperti kita ketahui secara resmi Indonesia bersama Malaysia, Brunei dan Singapura lewat pertemuan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) telah menyepakati sebuah kriteria bagi penetapan awal bulan Komariyahnya yang dikenal dengan "Kriteria Imkanurrukyat MABIMS" yaitu umur bulan > 8 jam, tinggi bulan > 2° dan elongasi > 3°. Belakangan ternyata kriteria ini hanya digunakan oleh Indonesia dan Malaysia saja. Sementara Singapura menggunakan Hisab Wujudul Hilal dan Brunei Darussalam menggunakan Rukyatul Hilal berdasar Teori Visibilitas.

Menurut catatan Moonsighting Committee Worldwide ternyata penetapan awal bulan ini berbeda-beda di tiap-tiap negara. Ada yang masih teguh mempertahankan rukyatul hilal bil fi'li ada pula yang mulai beralih menggunakan hisab atau kalkulasi. Berikut ini beberapa gambaran penetapan awal bulan Komariyah yang resmi digunakan di beberapa negara :

  1. Rukyatul Hilal berdasarkan kesaksian Perukyat (Qadi) serta dilakukan pengkajian ulang terhadap hasil rukyat secara ilmiah antara lain dilakukan oleh negara-negara : Banglades, India, Pakistan, Oman, Maroko, Trinidad dan Brunei Darussalam.

  2. Hisab dengan kriteria bulan terbenam setelah Matahari dengan diawali ijtimak terlebih dahulu (moonset after sunset). Kriteria ini digunakan oleh Saudi Arabia pada kalender Ummul Qura namun khusus untuk Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah menggunakan pedoman rukyat.

  3. Mengikuti Saudi Arabia misalnya negara : Qatar, Kuwait, Emirat Arab, Bahrain, Yaman dan Turki, Iraq, Yordania, Palestina, Libanon dan Sudan.

  4. Hisab bulan terbenam minimal 5 menit setelah matahari terbenam dan terjadi setelah ijtimak digunakan oleh negara Mesir.

  5. Menunggu berita dari negeri tetangga --> diadopsi oleh Selandia Baru mengikuti Australia dan Suriname mengikuti negara Guyana.

  6. Mengikuti negara Muslim yang pertama kali berhasil rukyat --> Kepulauan Karibia

  7. Hisab dengan kriteria umur bulan, ketinggian bulan atau selisih waktu terbenamnya bulan dan matahari --> diadopsi oleh Algeria, Turki, Tunisia dan Malaysia.

  8. Ijtimak Qablal Fajr atau terjadinya ijtimak sebelum fajar diadopsi oleh negara Libya.

  9. Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam di Makkah dan bulan terbenam sesudah matahari terbenam di Makkah --> diadopsi oleh komunitas muslim di Amerika Utara dan Eropa (ISNA)

  10. Nigeria dan beberapa negara lain tidak tetap menggunakan satu kriteria dan berganti dari tahun ke tahun

  11. Menggunakan Rukyat Mata Telanjang : Namibia, Angola, Zimbabwe, Zambia, Mozambique, Botswana, Swaziland dan Lesotho.

  12. Jamaah Ahmadiyah, Bohra, Ismailiyah, serta beberapa jamaah (tarekat) lainnya masih menggunakan hisab urfi yang sangat sederhana.


Laporan Kegiatan Rukyat Hilal Indonesia

Tanggal Rukyatul Hilal :

Jumat, 25 November 2011 (Via Pemerintah RI / NU)

Sabtu, 26 November 2011 (Via Teori Visibilitas)

1 Muharram 1433 Hijriyah InsyaAllah Jatuh Pada hari Ahad 27 nopember 2011

Beberapa hari lagi tahun Hijriyah 1432 akan segera berakhir. Kaum muslimin akan segera memasuki Tahun Baru Islam 1433 H. Bagi yang di Indonesia, sesuai dengan kalender 2011, terlihat bahwa 1 Muharram 1433 H jatuh pada hari Ahad, 27 November 2011. Tetapi jika kita lihat lebih rinci lagi, maka sebenarnya di Indonesia terjadi perbedaan jika mereka yang berbeda pendapat pada Idul Fitri 1432 H silam tetap memberlakukan kriteria masing-masing untuk menentukan kalender islam.

Informasi Terlihatnya Hilal (Bulan Sabit) Secara Global

Berikut adalah gambar peta kemungkinan bulan sabit penanda masuknya bulan qomariyah atau hijriyah bisa dilihat. Peta visibilitas hilal (imkanur rukyat) ini untuk saat terbenam matahari pada hari Jum’at, 25 November 2011.

Peta Bulan Sabit Awal Muharram 1432 Hijriyah

Peta Bulan Sabit Penanda Masuknya 1 Muharram 1433 Hijriyah, Tahun Baru Islam. Dari Rukyatul Hilal Indonesia.

Dari peta di atas terlihat bahwa Bulan Sabit (Hilal) penanda masuknya 1 Muharram 1433 Hijriyah pertama kali bisa dilihat di wilayah selatan Afrika. Bagi mereka yang mengikuti kaidah rukyatul hilal global, maka 1 Muharram 1433 H jatuh pada Sabtu, 26 November 2011. Bagi mereka yang mengikuti rukyatul hilal lokal, seperti kalangan NU di Indonesia, maka sebenarnya bulan sabit tak akan bisa dilihat di Indonesia pada Jum’at petang tersebut. Jadi tahun baru islam 1433 H jatuh pada hari Ahad, 27 November 2011 sebagaimana tercantum di dalam kalender. Bagi kalangan Muhammadiyah, yang mengacu pada kriteria wujudul hilal, maka terlihat bahwa di wilayah Indonesia, bulan sudah berada di atas ufuk ketika matahari tenggelam pada hari Jum’at tersebut. Artinya menurut kaidah ini, Sabtu, 26 November 2011 adalah 1 Muharram 1433 H.

Untuk mereka yang mengikuti kalender Ummul Qura, Arab Saudi maka di wilayah Mekah pun bulan sudah berada di atas ufuk saat terbenam. Jadi kalender tersebut menetapkan Tahun Baru Islam 1433 H pada Sabtu, 26 November 2011. Meskipun demikian bulan sabit ini, sesuai kriteria imkanur rukyat, belum akan bisa dilihat dengan mata.

Demikian sekedar informasi tentang posisi bulan dan kemungkinan bisa dilihatnya bulan sabit penanda awal Muharram 1433 H. Semoga bermanfaat dan kami ucapkan:

Selamat Menyambut Tahun Baru Islam 1433 H