ADA banyak cerita di balik berita kepergian Wali Nanggroe Aceh Teungku Hasan Muhammad Di Tiro. Jika yang lalu saya menurunkan postingan “Sang Wali Pergi Setelah Kembali ke Pangkuan NKRI“, maka kali ini saya mencoba menuliskan dari sisi lain. Kehidupan Hasan Tiro, tokoh kunci GAM yang ingin memerdekakan Aceh dari NKRI yang juga seorang penulis buku itu ternyata sangat berwarna. Ia memiliki kisah pribadi yang tak kalah menarik, terutama terkait dengan istrinya yang seorang Yahudi Amerika.
Sebagai seorang yang dicap sebagai pemberontak, misalnya. Pada 4 Desember 1976 Hasan Tiro memproklamirkan kemerdekaan Aceh. Ini merupakan kristalisasi dari ide yang sudah disosialkannya sejak 1965. Beliau kemudian keluar-masuk hutan bersama pasukannya pada 1976 untuk memisahkan diri dari Indonesia. Perjuangannya itu hanya berlangsung selama tiga tahun. Kemudian Beliau terpaksa mengungsi ke berbagai negara, sebelum akhirnya menetap di Stockholm, ibu kota Swedia. Dari luar negeri Beliau melanjutkan perjuangan secara politik, dan sempat mengirim surat perihal GAM kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan pada 25 Januari 1999. Setelah jatuhnya pemerintahan Soeharto, isu “Aceh merdeka” kembali menjadi sorotan dunia. Organisasinya (Gerakan Aceh Merdeka) pun muncul kembali ke pentas internasional.(www.hasantiro.com)
Kemudian sebagai seorang penulis buku. Penggagas Negara Aceh Sumatra Merdeka telah melahirkan sejumlah karya. Sebut saja misalnya buku “Demokrasi untuk Indonesia”. Atau buku tentang keacehan yang berjudul: “Jum Meudehka Seunurat Njang Gohlom Lheueh Nibak Teungku Hasan di Tiro” yang mengisahkan kembali tentang perjuangannya sebagai Presiden Angkatan Aceh Merdeka mulai tahun 4 Desember 1976 sampai 28 Maret 1979 ketika ia berada gunung bersama-sama dengan teman seperjuangannya. Doktor bidang hukum internasional dari Colombia University ini juga pernah menulis buku, “Aceh Bak Mata Donya”, yang selain menlukiskan sejarah panjang Bangsa Aceh, kejayaan Aceh pada abad ke-17, juga mengupas keheroikan pejuangnya dalam peperangan melawan Belanda tahun 1873 s/d 1937. (www.waa-aceh.org)
Lalu kemudian soal istri. Memang, hal ini tidak terlalu banyak dikupas oleh media. Dari penelusuran saya di Google, hampir semua literatur juga menyebutkan singkat dan seragam, bahwa istri mantan penasehat agung Muktamar Islam se-Dunia (1973) itu disebutkan bernama Dora, seorang keturunan Yahudi Amerika yang pernah memeluk Islam. Meski telah lama bercerai, namun ini sebenarnya yang menarik untuk ditelusuri. Betapapun, dari hasil perkawinan keduanya telah melahirkan seorang putera yang bernama Karim di Tiro, seorang doktor sejarah yang tinggal dan mengajar di Amerika Serikat. Dalam diri Karim, mengalir darah Hasan Tiro (Islam-Aceh) dan darah Dora (Yahudi-Amerika).
Itulah sepenggal cerita tentang almarhum Hasan Tiro, seputar Aceh dan istrinya yang Yahudi Amerika itu. Saya berharap semoga saja ada informasi yang lebih lengkap lagi untuk menyempurnakan artikel ini. Terima kasih
No comments:
Post a Comment