Thursday, January 12, 2012

AKHIR 2012 1/3 PASUKAN AS AKAN DITARIK DARI AFGHANISTAN

Motif di Balik Penarikan Pasukan AS

Wacana penarikan sepertiga tentara AS dari Afghanistan hingga akhir tahun 2012 yang digulirkan Obama menjadi salah satu isu hangat media massa dan politisi dunia. Tentu saja Obama punya motif terselubung dari keputusannya itu. Betapa tidak, selama Demokrat memimpin Gedung Putih, hingga kini rival kubu Republik itu telah dua kali mengubah strategi AS di Afghanistan.

Pada periode pertama menjabat sebagai presiden AS, Obama mengirimkan tentara tambahan ke Afghanistan sebanyak 30.000 personil. Dengan demikian hingga musim panas mendatang, jumlah personil yang ditarik dari Afghanistan sebanyak jumlah pasukan tambahan yang dikirimkan sebelum Obama menjabat sebagai presiden AS.

Tentu saja, Obama menarik pasukan tambahan AS dari Afghanistan dengan sejumlah motif. Pertama, AS menderita kekalahan dalam perang di Afghanistan. Untuk mengurangi kerugian akibat kekalahan itu, Obama mengurangi tentaranya di Afghanistan. Keputusan ini diambil Obama untuk meraup kembali dukungannya dalam pilpres mendatang. Obama tidak ingin kegagalan para pendahulunya terulang kembali.

Obama tidak ingin bernasib sama seperti Lyndon Johnson di akhir dekade 1960-an dalam perang Vietnam dan Jimmy Carter di akhir dekade 1980-an. Kedua mantan presiden AS itu mengalami kekalahan dalam pilpres dari pesaingnya, partai Republik, akibat perang Vietnam dan pendudukan kedutaan AS di Tehran.

Mayoritas rakyat AS menentang keberadaan militernya di Afghanistan. Perang yang disulut AS di Afghanistan membentur jalan buntu, dan kini Washington sedang mati-matian mencari jalan keluar dari krisis tersebut. Bahkan belakangan, sejumlah komandan mengungkapkan pesimisme atas perang di Afghanistan. Saat ini solusi militer di Afghanistan membentur jalan buntu dan AS tengah menjajaki solusi diplomatis. Menlu AS Hillary Clinton dalam pertemuan di Senat mengakui kebuntuan solusi di Afghanistan.

Statemen pejabat teras Gedung Putih terkait Afghanistan tampak kontras antara slogan sebelum pilpres dan setelah Obama menjabat sebagai presiden AS. Obama
mengkritik Bush yang memusatkan kebijakan perangnya di Irak. Bagi Obama, ancaman sebenarnya ada di Afghanistan. Menurutnya, dengan menambah pasukan AS di Afghanistan, Washington memiliki kekuatan lebih besar untuk memberangus al-Qaeda dan Taliban.

Dengan alasan inilah, pada tahun 2009, Washington mengirim tentara baru ke Afghanistan sebesar 79 ribu personil, sehingga jumlah tentara AS di negara yang porak-poranda akibat perang itu mencapai 100 ribu orang. Kebijakan ini menyebabkan Gedung Putih semakin disibukkan dengan urusan Afghanistan. Sejumlah media dan politisi AS dan Eropa menilai intervensi Washington di Afghanistan ini mengulang invasi AS di Vietnam. Dalam perang Vietnam, Nixon mengirimkan tentara tambahan untuk menggembur Viet Cong, bahkan menggunakan senjata pemusnah massal yang dilarang PBB. Namun akhirnya AS harus mundur dengan kekalahan memalukan. Dalam perang itu tidak kurang dari 50 ribu tentara AS tewas di Vietnam.

Peristiwa serupa terulang lagi dalam perang di Afghanistan. Selain jumlah korban jiwa dari pihak tentara AS yang terus bertambah, perang Afghanistan juga menguras anggaran Negeri Paman Sam hingga $110 milyar pertahun. Terang saja anggaran sebesar itu memicu krisis ekonomi di negeri yang diguncang krisis akibat problem subprime mortgage itu. Saat ini AS didera defisit anggaran $1,5 triliun dengan utang negara hingga $15 triliun.

Motif lain dari penarikan tentara AS di Afghanistan adalah untuk menekan biaya militer yang terus membengkak. Meski demikian AS tidak berniat meninggalkan Afghanistan secara penuh, namun berupaya menciptakan kamp militer di negara itu.

Wacana penarikan pasukan AS dari Afghanistan tidak bisa dipisahkan dari masalah penempatan kamp militer AS di negara itu. Pasca penarikan pasukannya dari Afghanistan, AS menyiapkan sarana untuk memaksa para pejabat teras Kabul menandatangani traktat strategis dengan Washington. Belajar dari sejarah, nota kesepakatan strategis AS dengan sejumlah negara mengindikasikan bahwa setiap kesepakatan selalu bermakna jaminan kepentingan bagi AS di negara tersebut, namun tidak otomatis menguntungkan kepentingan negara yang diajak menandatanganinya. Ujung-ujungnya, kesepakatan tersebut hanya untuk mewujudkan kepentingan Washington, bukan yang lain.

Tampaknya AS sedang mengincar sebuah kondisi yang tepat di Afghanistan supaya Kabul menandatangani nota kesepakatan strategis dengan Washington, tanpa menjelaskan detail nota kesepakatan tersebut kepada para pejabat tinggi Afghanistan, negara-negara kawasan dan opini publik dunia.

Pemerintah AS berharap dengan melakukan kategorisasi Taliban ekstrim dan moderat bisa mewujudkan ambisinya di Afghanistan. Dengan cara ini, Washington membagi Taliban ke dalam kategori, baik dan buruk. Gedung Putih menerapkan pola baru dengan merangkul Taliban yang bisa ajak berunding demi kepentingan AS.

Washington mengidentifikasi sebagian anggota milisi teroris Taliban yang siap bekerjasama dengan pemerintah Afghanistan dan tidak menentang AS. Pucuk pimpinan dari merekalah yang akan diajak berunding dan bekerjasama dengan AS.

Tanpa mengeluarkan biaya yang seluruhnya ditanggung pemerintah Kabul, Washington memberikan keistimewaan terhadap sejumlah milisi Taliban itu, AS bisa mengendalikan Taliban.

Namun di luar itu, ada fakta yang tidak bisa dilupakan, bahwa operasi militer besar-besaran AS di wilayah Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir yang menyebabkan terbunuhnya warga sipil Afghanistan.Tidak mudah bagi warga Afghanistan bertekuk lutut mengamini kepentingan AS.

Tampaknya para pejabat tinggi AS berkeyakinan bahwa semakin besar partisipasi warga pribumi Afghanistan sendiri dalam urusan keamanan dalam negerinya, maka kondisi di negara itu tidak akan lebih buruk dari saat ini. Dengan cara ini Obama bisa meraih kembali dukungannya dalam pilpres mendatang. Bisa dikatakan bahwa motif utama penarikan pasukan AS dari Afghanistan adalah kepentingan politik Obama untuk memenangkan pemilu presiden akhir 2012 mendatang.(IRIB/PH/NA)

No comments:

Post a Comment