Kabul (ANTARA News/AFP) - Gerilyawan Taliban Afghanistan dalam perundingan dengan Amerika Serikat mendesak agar para tahanan yang ditahan di Teluk Guantanamo dipindahkan ke Qatar, kata seorang juru bicara pemerintah Afghanistan,Jumat.

Tetapi pemerintah Presiden Hamid Karzai tidak setuju dengan tindakan itu dan menginginkan para tahanan itu dikirim langsung ke Afghanistan, kata juru bicara presiden, Aimal Faizi kepada AFP.

Taliban mengumumkan pekan ini bahwa mereka berencana akan membuka satu kantor politik di Qatar, satu langkah yang dianggap sebagai satu perintis bagi perundingan perdamaian dengan Washington.

Pada saat yang sama, kelompok Islam yang berhaluan keras itu menuntut pembebasan para tahanan dari pusat tahanan militer AS di Teluk Guantanamo Kuba, tetapi pernyataan itu tidak secara khusus di menyebutkan ke mana mereka harus dikirim.

Karzai diberitahu oleh AS tentang permintaan bahwa mereka harus dikirim ke Qatar segera sebelum Konferensi Bonn mengenai Afghanistan Desember lalu, kata Faizi.

"Beberapa pertemuan telah dilakukan antara AS dan Taliban. Masalah itu telah dibicarakan antara kedua pihak. Tetapi pada saat itu, ketika AS berembuk dengan Karzai, adalah untuk pertama kali mereka membicarakan tentang pemindahan para tahanan itu ke Qatar."

Faizi mengatakan pemerintahnya mendukung pembebasan para tahanan Guantanamo,"tetapi kami tidak ingin mereka langsung dikirim ke Qatar--pemerintah kami menentang keras tindakan itu".

Pemerintah Karzai cemas karena diabaikan dalam perundingan menyangkut kemungkinan perdamaian antara AS dan Taliban, kata Faizi dan menegaskan bahwa pihaknya menginginkan satu "transisi yang dipimpin Afghanistan".

"Para tahanan itu harus dikirim terlebih dulu ke pemerintah Afghanistan. Kami telah membicarakan masalah ini dengan AS dalam lima tahun belakangan ini. Tetapi sejauh ini kami belum mencapai kesepakatan mengenai masalah itu."

Washington, Rabu mengatakan pihaknya tidak mengambil keputusan untuk membebaskan para tahanan yang ditahan di Teluk Guantanamo untuk mendorong perundingan-perundingan yang bertujuan mengakhiri perang 10 tahun dengan Taliban di Afghanistan.

Invasi yang dipimpin AS di Afghanistan setelah serangan 11 September 2001 di New York dan Washington menggulingkan pemerintah Taliban dan sekitar 130.000 tentara asing yang dipimpin AS masih berada di negara itu.

(Uu.H-RN/B002)

Editor: Ruslan Burhani